BERITA UTAMA

Dorongan Penyegaran di Golkar Payakumbuh Menguat, Wirman Putra Dinilai Paling Siap Pimpin DPD II

Wirman Putra Datuak Rajo Mantiko Alam Ketua DPRD Payakumbuh (ist) PAYAKUMBUH — Jelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Kota Payakumbuh,...
BERITA UTAMA

Sejarah Baru, Payakumbuh di Bawah Wako Zulmaeta Sukses Gelar Indonesia’s Horse Racing Cup II.

Payakumbuh—PAYAKUMBUHPOS, Sejarah baru tercipta di dunia pacu kuda Indonesia. Untuk pertama kalinya, Indonesia's Horse Racing Cup yang selama ini hanya...
BERITA UTAMA

Rezka Oktoberia Meski Tak Lagi di DPR RI, hadirkan 26 Titik Irigasi P3TGAI di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota.

LIMA PULUH KOTA — Meski tidak lagi menjabat sebagai anggota DPR RI, kepedulian Rezka Oktoberia terhadap masyarakat tidak pernah pudar....
BERITA UTAMA

Wali Kota Payakumbuh Zulmaeta Resmi Menutup Kejuaraan Tenis Meja 2025.

PAYAKUMBUH — Kejuaraan Tenis Meja Piala Wali Kota Payakumbuh 2025 resmi berakhir, Minggu (10/8), di GOR Nan Ompek, Tanjung Pauh....
BERITA UTAMA

Marta Emmelia Bongkar Dugaan Pemalsuan Saham oleh Suami, Polisi Anggap Urusan Pribadi.

Pekanbaru — Laporan dugaan pemalsuan tanda tangan yang melibatkan nama seorang notaris dan seorang suami, berakhir di meja penyidik dengan...

Tol Lintasi Pemukiman, Warga Limapuluh Kota Layangkan Protes

PADANG – Sejumlah masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar) melayangkan protes atas rencana pembangunan jalan tol. Pasalnya, jalan tol yang akan dibangun itu melintasi permukiman dan lahan produktif di daerah setempat.

Perwakilan nagari di Luhak Limopuluah itu bahkan telah mendatangi Gedung DPRD Sumbar. Mereka yang protes pembangunan jalan tol itu berasal dari Nagari Gurun dan Nagari Lubuh Batingkok, Kecamatan Harau serta Nagari Taeh Baruah, dan Nagari Simalanggang, Kecamatan Payakumbuh.

“Jalan tol itu akan menggusur perkampungan padat, musala, balai adat, serta lahan pertanian warga,” kata Rahman Syarif Dt Parpatiah dari Kerapatan Adat Nagari (KAN) Baruah, Kecamatan Payakumbuh kepada Gatra.com, Minggu (4/10).

Menurut Rahman, pihaknya mengadu ke DPRD Sumbar untuk mengutarakan kekecewaan atas pembangunan jalan tol tersebut. Pihaknya tidak menolak pembangunan jalan tol, namun sebelum membangun hendaknya harus dimusyawarahkan terlebih dahulu agar nanyinya tidak langsung main gusur.

Rahman menilai, satwa dan hutan saja harus dilindungi. Dengan demikian, mestinya perkampungan pada penduduk, fasilitas adat, dan lahan pertanian juga tidak boleh dikorbankan. Dengan begitu, pembangunan bisa dialihkan melewati Gunung Bungsu tanpa harus menggusur perkampungan adat di daerah itu.

Ungkapkan kekecewaan juga dilontarkan warga Lubuk Batingkok, Mafilindo. Ia mengaku akan kehilangan mata pencarian. Apalagi, ia hanya berprofesi sebagai petani yang sudah mengolah lahan pertanian secara turun-temurun. Ia kecewa lahan pertaniannya yang subur dan produktif justru akan dijadikan jalan tol.

“Kami bukan menghambat pembangunan, tapi lahan yang akan dilewati untuk jalan tol itu lahan subur dan produktif. Kami sebagai petani berharap pembangunan jalan tol itu dialihkan,” ujarnya.

Menanggapi keluhan warga Limapuluh Kota itu, Ketua DPRD Sumbar, Supardi, juga berharap pembangunan jalan tol ini jangan sampai merugikan masyarakat. Apalagi sampai menggusur permukiman padat penduduk, mengganggu lahan pertanian produktif, balai adat, hingga tempat ibadah.

Dengan demikian, ia berjanji akan membicarakan persoalan itu lebih lanjut dengan pemerintah daerah dan pihak terkait. Baginya, persoalan ini harus dicari solusi dan alternatifnya untuk meminimalisir penggusuran perkampungan penduduk. Selain itu, penghitungan ganti rugi lahan juga tidak boleh disamaratakan.

“Tentu ini harus disikapi secara bijak. Sebisa mungkin tidak mengganggu lahan produktif dan menggusur permukiman penduduk. Tim apraisal juga harus mempertimbangkan harga, lahan tidur dengan lahan produktif nilai ekonominya beda. Jadi [jangan di]-samakan,” ujarnya. (Redaksi)

Credit photo: Gatra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *