BERITA UTAMA

Dorongan Penyegaran di Golkar Payakumbuh Menguat, Wirman Putra Dinilai Paling Siap Pimpin DPD II

Wirman Putra Datuak Rajo Mantiko Alam Ketua DPRD Payakumbuh (ist) PAYAKUMBUH — Jelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Kota Payakumbuh,...
BERITA UTAMA

Sejarah Baru, Payakumbuh di Bawah Wako Zulmaeta Sukses Gelar Indonesia’s Horse Racing Cup II.

Payakumbuh—PAYAKUMBUHPOS, Sejarah baru tercipta di dunia pacu kuda Indonesia. Untuk pertama kalinya, Indonesia's Horse Racing Cup yang selama ini hanya...
BERITA UTAMA

Rezka Oktoberia Meski Tak Lagi di DPR RI, hadirkan 26 Titik Irigasi P3TGAI di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota.

LIMA PULUH KOTA — Meski tidak lagi menjabat sebagai anggota DPR RI, kepedulian Rezka Oktoberia terhadap masyarakat tidak pernah pudar....
BERITA UTAMA

Wali Kota Payakumbuh Zulmaeta Resmi Menutup Kejuaraan Tenis Meja 2025.

PAYAKUMBUH — Kejuaraan Tenis Meja Piala Wali Kota Payakumbuh 2025 resmi berakhir, Minggu (10/8), di GOR Nan Ompek, Tanjung Pauh....
BERITA UTAMA

Marta Emmelia Bongkar Dugaan Pemalsuan Saham oleh Suami, Polisi Anggap Urusan Pribadi.

Pekanbaru — Laporan dugaan pemalsuan tanda tangan yang melibatkan nama seorang notaris dan seorang suami, berakhir di meja penyidik dengan...

Harga Turun, Petani Sawit Terpekik

Pekanbaru – Harga sawit turun ke angka Rp 1000 per kilo. Membuat sejumlah petani sawit di Riau terpekik.

Umihat, seorang petani sawit asal Kabupaten Rokan Hulu mengaku kaget atas turun mendadaknya harga sawit atau Harga TBS di Riau pada Sabtu (29/1/2022).

“Saya baru saja mengantarkan hasil panen ke pengumpul. Di sana harga sawit turun hingga Rp 1000 per kilo. TBS usia 10 tahun jatuh ke harga Rp 2.130 per kilo. Padahal sehari sebelumnya masih di harga Rp 3.130 per kilo,” sebutnya, seperti yang dilansir dari tribunnews.

Ia mengatakan, penurunan harga juga terjadi di harga TBS berusia di bawah 10 tahun.

Meski terpekik, Umihat mengatakan, kenaikan Harga TBS di Riau yang terjadi beberapa bulan terakhir membuatnya cukup lega,

Sebab, ia kini memiliki modal berlebih untuk membeli pupuk dan biaya tambahan lain untuk kebun sawitnya.

Meski demikian, ia berharap, meskinya pemerintah juga menurunkan harga pupuk sehingga turunnya harga sawit tidak begitu berpengaruh terhadap petani sawit.

Sementara itu, menurut informasi yang didapat Tribunpekanbaru.com dari sebuah pabrik kelapa sawit di Rokan Hulu,

harga yang ditetapkan PKS ini turun Rp 1000 dari biasanya untuk semua umur.

Seperti untuk Harga TBS diusia diatas 10 tahun yang biasanya menjadi harga utama di pabrik tersebut dari biasanya Rp3.130 turun menjadi Rp2.130, terjadi penurunan Rp1000.

Sebagaimana diketahui, dalam sehari harga Tandan Buah Segar (TBS) anjlok hingga 25%, ini akibat pemberlakuan Domestik Market Obligation (DMO) dan Domestik Price Obligation( DPO).

Ketua DPP Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade), Tolen Ketaren kepada Tribun mengatakan, yang paling dirugikan dalam hal ini adalah petani sawit, sedangkan para pengusaha sawit tidak akan terkena imbasnya.

“Siap-siap petani sawit menangis kedepannya. Tidak lain dan tidak bukan pemicunya adalah kebijakan yang dibuat oleh Kementerian Perdagangan tentang penerapan DMO. Yang membuat harga tertinggi CPO dalam negeri itu dengan harga Rp 9.300. Otomatis harga TBS hancur, bukan anjlok lagi,” kata Tolen saat dikonfirmasi Tribun Sabtu pagi.

Dia menyampaikan, harusnya pemerintah jangan menyamakan dengan kasus DMO batu bara.

Dimana 20 persen wajib untuk di dalam negeri.

Di batu bara dikatakannya semuanya merupakan pengusaha sedangkan sawit 40 persen milik petani.

Sehingga harga menjadi hancur.

“Selain itu pemerintah juga tidak melakukan DMO terhadap pupuk, sehingga petani membelinya tetap dengan harga tinggi. Harusnya pemerintah bisa melibatkan asosiasi sawit dan lainnya sebelum mengambil kebijakan ini. Kalau sudah begini petani jadinya yang sengsara kan,” ujarnya.

Diakui Tolen, tujuan awal kebijakan DMO memang untuk menstabilkan harga minyak goreng, namun dalam kebijakan itu, eksportir yang akan mengekspor wajib memasok minyak goreng ke dalam negeri sebesar 20 persen dari volume ekspor mereka masing-masing.

Akhirnya hal itu dibebankan kepada petani, harga TBS menjadi lebih murah (*)

 

Source :Halloriau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *