BERITA UTAMA

Gelar Rakercab MPC PP Jakarta Selatan Siap Berkolaborasi dengan Semua Lapisan Masyarakat

JAKARTA - Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Jakarta Selatan menggelar Rapat Kerja Cabang (Rakercab) di Gedung BPMP DKI Jakarta...
BERITA UTAMA

KPU Limapuluh Kota Selenggarakan Rakor Persiapan Pemilihan Pilkada Serentak 2024

LIMAPULUH KOTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Limapuluh Kota Selenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) persiapan Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur serta...
BERITA UTAMA

Dapat Nomor Cantik Angka 1, Deni – Riko Singgung Percepatan Pembangunan

Limapuluh Kota - Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Limapuluh Kota, Deni Asra-Riko Febrianto bersyukur benar, mendapat nomor urut 1...
BERITA UTAMA

Dapat Nomor Urut Dua, H.Almaisyar-Joni Hendri Sebut itu Nomor Kemenangan

Payakumbuh - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Payakumbuh gelar Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota...
BERITA UTAMA

Alumni ESGAPA ’93 Sepakat Antarkan Joni Hendri Jadi Wakil Walikota Payakumbuh

Sahabat bukan tentang siapa dia, kapan kenal dia, bagaimana rupa dia. Tapi sahabat adalah dia yang senantiasa memberi kita dukungan...

Pak Cik Ditunjuk, Jadi Ketua Panitia Pelaksana Rembuk Nasional Aktivis 98

JAKARTA, payakumbuhpos.com
“Rembuk Nasional yang akan diikuti 50 ribu aktivis 98 dari seluruh Indonesia diselenggarakan dengan tujuan memusyawarahkan pemikiran dan menyatukan langkah untuk menegaskan pentingnya menyelamatkan ke-Indonesian,” kata Sayed Junaidi Rizaldi bin Abdul Rahman Al-Hinduan, juru bicara Rembuk Nasional 50.000 Aktivis 98 di Jakarta, Minggu (3/6).

Menurut Sayed, setelah 20 tahun mengawasi jalannya reformasi, ternyata kelompok yang ingin memaksakan kehendaknya untuk mengubah dasar dan ideologi negara menciptakan intoleransi, radikalisme, hingga terorisme. Ini merupakan musuh bersama seluruh elemen rakyat Indonesia, termasuk aktvis 98.

“Kami secara bersama memandang tidak boleh diam, aktivis 98 harus meluruskan dan melawan radikalisme, intoleransi, dan terorisme yang terus menurus mengikis orientasi kebangsaan rakyat Indonesia,” katanya.

Fenomena “bomber family” beberapa waktu lalu di Surabaya, Jawa Timur, dinilai aktivis 98 merupakan bukti bahwa ini sangat mengancam ke-Indonesian kita. Ini juga diperparah dengan sikap ambigunya para elit politik dalam merespon soal ancaman tersebut.

Bahaya radikalisme, intoleransi, dan terorisme bukan hayalan. Selain beberapa bukti aksi intoleransi, radikalisme, dan terorisme juga sejalan dengan hasil survei Wahid Institut tentang Radikalisme dan Intoleransi yang melibatkan 1.520 responden pada 2017, menunjukan data yang membuat para aktivis miris.

Hasil surveinya, lanjut Sayed, sebanyak 11 juta orang atau 7,7% dari total populasi di Indonesia mau bertindak radikal. Dari survei tersebut juga diketahui 0,4% penduduk Indonesia atau sekitar 600 ribu orang pernah bertindak radikal.

Aktivis 98 memutuskan untuk melakukan Rembuk Nasional di Monas atas dua alasan. Pertama, soal ideologi. Bahwa intoleransi, radikalisme, dan terorisme telah mengancam Pancasila dan merusak nilai-nilai kemanusiaan.

Sikap ambigu elit politik juga akan membuat ujaran kebencian meluas dan mereka yang terpapar ini akan mudah berpotensi melakukan radikalisme. Akibatnya, gampang sekali mereka menyebar fitnah, salah satunya menuduh aparat keamanan merekayasa teror dan mengatakan pelaku teror sebagai korban.

Kedua, soal kondisi nasional. Bahwa radikalisme, intoleransi, dan terorisme telah menyebar ke segala lapisan sosial dan aparatur pemerintahan. Mereka yang sudah terpapar radikalisme, menjungkirbalikan fakta.

“Cara pandang mereka yang memonopoli kebenaran, membuat mereka menjadikan hakim bagi orang-orang yang berbeda dengan mereka. Kebhinekaan yang merupakan kekayaan dan kekuatan bangsa, justru hendak diseragamkan karena mereka memandang kebhinekaan sebagai musuh,” kata Sayed.

Bukan hanya itu, mereka yang sudah terpapar radikalisme juga mereduksi dan merusak nilai-nilai kemanusiaan, seiring hilangnya orientasi kebangsaan pada diri mereka. Situasi ini juga melanda lingkungan pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

“Berdasarkan latar belakang tersebut, aktivis 98 memutuskan untuk melakukan Rembuk Nasional,” katanya dalam acara konferensi pers yang hadiri puluhan aktivis 98 dari berbagai elemen dan universitas asal mereka pada 98 lalu.

(T2)
sumber-Gatra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *