Kota Padang Panjang Dikembangkan Sebagai Pusat Wisata Budaya Sumatera Barat

MURAR – Mantan Wamen dikbud era SBY Musliar Kas sedang menyelesaikan lukisan murarnya di dinding pagar kelurahan Sigindo Padang Panjang. (foto : doc. Awe)
PADANG PANJANG – Kota Padang Panjang, kota terkecil di Indonesia dengan hanya dua kecamatan, dijadikan contoh pengembangan wisata budaya di Sumatra Barat.
“Kotanya kecil. Hanya dua kecamatan dan berpenduduk 35rb jiwa. Sangat gampang mengembangkan kota budaya di Padang Panjang, ” kata Ridwan Tulus, pendiri dan pengembang eco green tourism di Sumatra Barat, kemarin.
Branding Ridwan Tulus menjadi inspirasi bagi Pemko Padang Panjang untuk pengembangan kota budaya Minangkabau di Sumatra Barat. Dengan program budaya ini diharapkan kota Padang Panjang muncul sebagai entitas dunia yang menjaga kelestarian budaya Minangkabau.
Pengukuhan kota Padang Panjang sebagai kota wisata dunia berbasis adat dan budaya Minang dilakukan oleh Walikota Padang Panjang Fadly Amran BBA yang juga wako termuda di Indonesia.
Pada pengukuhan bersamaan dengan kegiatan plogging yang melibatkan ASN se kota Padang Panjang terlihat hadir mantan wamendikbud Musliar Kasim dan ayah kandung wako Padang Panjang H. Amran.
Wako Padang Panjang Fadly Amran memamg memimpikan kota Padang Panjang akan muncul sebagai icon kota budaya baru di Indonesia. Dia berniat melestarikan kembali pola hidup masyarakat Minang di masa lalu di Padang Panjang kini.
Salah satunya adalah melestarikan panggilan individu dengan sebutan gelar. Baik gelar yang merupakan waris orang tua laki laki atau waris dari kaumnya.
Selain itu secara formal akan diperkenalkan kembali pakaian khas Minang bagi seluruh ASN se Padang Panjang untuk kemudian merangsang khalayak ramai juga mengenakan pakaian yang sama, setidaknya dalam waktu tertentu.
Fadly juga berkeinginan mengembangkan sistim pembelajaran dan akhlak generasi muda dengan metodologi surau dengan meluncurkan program The Smart Surau.
Sekedar diketahui bahwa anak lelaki Minang tempoe doeloe tidak tidur di rumah tapi di surau. Di situ mereka belajar mengaji, beladiri silat dan bercakap cakap atau berdiskusi. Dengan pola hidup seperti itu anak muda Minang sangat mandiri dan mereka banyak sukses hidup saat pergi merantau.
Ridwan Tulus menambahkan dengan mengembangkan wisata budaya termasuk orkestra Minang diharapkan posisi kota Padang Panjang bukan lagi sebagai kota transit tetapi menjadi kota tujuan. “Kita targetkan wisatawan nusantara dan mancanegara bisa tinggal di kota Padang Panjang” ujar Ridwan sembari menyebut bahwa dirinya satu satu yang tulus menggunakan nama Ridwan.
Acara pengukuhan Kota Padang Panjang sebagai kota wisata budaya Minang diisi dengan acara senam bersama, jalan kaki sambil memungut sampah dan pengecatan kantor lurah Sigindo dengan lukisan Murar yang indah. Salah satunya menampilkan lukisan mantan wamen dikbud era SBY. (awe)