BERITA UTAMA

Sejarah Baru, Payakumbuh di Bawah Wako Zulmaeta Sukses Gelar Indonesia’s Horse Racing Cup II.

Payakumbuh—PAYAKUMBUHPOS, Sejarah baru tercipta di dunia pacu kuda Indonesia. Untuk pertama kalinya, Indonesia's Horse Racing Cup yang selama ini hanya...
BERITA UTAMA

Rezka Oktoberia Meski Tak Lagi di DPR RI, hadirkan 26 Titik Irigasi P3TGAI di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota.

LIMA PULUH KOTA — Meski tidak lagi menjabat sebagai anggota DPR RI, kepedulian Rezka Oktoberia terhadap masyarakat tidak pernah pudar....
BERITA UTAMA

Wali Kota Payakumbuh Zulmaeta Resmi Menutup Kejuaraan Tenis Meja 2025.

PAYAKUMBUH — Kejuaraan Tenis Meja Piala Wali Kota Payakumbuh 2025 resmi berakhir, Minggu (10/8), di GOR Nan Ompek, Tanjung Pauh....
BERITA UTAMA

Marta Emmelia Bongkar Dugaan Pemalsuan Saham oleh Suami, Polisi Anggap Urusan Pribadi.

Pekanbaru — Laporan dugaan pemalsuan tanda tangan yang melibatkan nama seorang notaris dan seorang suami, berakhir di meja penyidik dengan...
BERITA UTAMA

100 Hari Kerja Zuzema Kota Payakumbuh Mulai Berbenah Menuju Perubahan Nyata

Payakumbuh – Pemerintahan pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Payakumbuh, Zuzema yang terdiri dari Dr. dr. Zulmaeta, SpOG, MM,...

Pak Cik Ditunjuk, Jadi Ketua Panitia Pelaksana Rembuk Nasional Aktivis 98

JAKARTA, payakumbuhpos.com
“Rembuk Nasional yang akan diikuti 50 ribu aktivis 98 dari seluruh Indonesia diselenggarakan dengan tujuan memusyawarahkan pemikiran dan menyatukan langkah untuk menegaskan pentingnya menyelamatkan ke-Indonesian,” kata Sayed Junaidi Rizaldi bin Abdul Rahman Al-Hinduan, juru bicara Rembuk Nasional 50.000 Aktivis 98 di Jakarta, Minggu (3/6).

Menurut Sayed, setelah 20 tahun mengawasi jalannya reformasi, ternyata kelompok yang ingin memaksakan kehendaknya untuk mengubah dasar dan ideologi negara menciptakan intoleransi, radikalisme, hingga terorisme. Ini merupakan musuh bersama seluruh elemen rakyat Indonesia, termasuk aktvis 98.

“Kami secara bersama memandang tidak boleh diam, aktivis 98 harus meluruskan dan melawan radikalisme, intoleransi, dan terorisme yang terus menurus mengikis orientasi kebangsaan rakyat Indonesia,” katanya.

Fenomena “bomber family” beberapa waktu lalu di Surabaya, Jawa Timur, dinilai aktivis 98 merupakan bukti bahwa ini sangat mengancam ke-Indonesian kita. Ini juga diperparah dengan sikap ambigunya para elit politik dalam merespon soal ancaman tersebut.

Bahaya radikalisme, intoleransi, dan terorisme bukan hayalan. Selain beberapa bukti aksi intoleransi, radikalisme, dan terorisme juga sejalan dengan hasil survei Wahid Institut tentang Radikalisme dan Intoleransi yang melibatkan 1.520 responden pada 2017, menunjukan data yang membuat para aktivis miris.

Hasil surveinya, lanjut Sayed, sebanyak 11 juta orang atau 7,7% dari total populasi di Indonesia mau bertindak radikal. Dari survei tersebut juga diketahui 0,4% penduduk Indonesia atau sekitar 600 ribu orang pernah bertindak radikal.

Aktivis 98 memutuskan untuk melakukan Rembuk Nasional di Monas atas dua alasan. Pertama, soal ideologi. Bahwa intoleransi, radikalisme, dan terorisme telah mengancam Pancasila dan merusak nilai-nilai kemanusiaan.

Sikap ambigu elit politik juga akan membuat ujaran kebencian meluas dan mereka yang terpapar ini akan mudah berpotensi melakukan radikalisme. Akibatnya, gampang sekali mereka menyebar fitnah, salah satunya menuduh aparat keamanan merekayasa teror dan mengatakan pelaku teror sebagai korban.

Kedua, soal kondisi nasional. Bahwa radikalisme, intoleransi, dan terorisme telah menyebar ke segala lapisan sosial dan aparatur pemerintahan. Mereka yang sudah terpapar radikalisme, menjungkirbalikan fakta.

“Cara pandang mereka yang memonopoli kebenaran, membuat mereka menjadikan hakim bagi orang-orang yang berbeda dengan mereka. Kebhinekaan yang merupakan kekayaan dan kekuatan bangsa, justru hendak diseragamkan karena mereka memandang kebhinekaan sebagai musuh,” kata Sayed.

Bukan hanya itu, mereka yang sudah terpapar radikalisme juga mereduksi dan merusak nilai-nilai kemanusiaan, seiring hilangnya orientasi kebangsaan pada diri mereka. Situasi ini juga melanda lingkungan pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

“Berdasarkan latar belakang tersebut, aktivis 98 memutuskan untuk melakukan Rembuk Nasional,” katanya dalam acara konferensi pers yang hadiri puluhan aktivis 98 dari berbagai elemen dan universitas asal mereka pada 98 lalu.

(T2)
sumber-Gatra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *