Fakhrizal Bahas Nasib Sepakbola Sumbar
Foto: Dok. Istimewa
PADANG – Belasan mantan pemain klub Sepakbola PSP Padang dan Semen Padang FC yang sudah lanjut usia duduk bersama dengan Mantan Kapolda Sumbar, Irjen Pol (Purn) Fakhrizal di lapangan Sepakbola Komplek Unand, Garut, Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sabtu (10/10/2020). Para veteran sepakbola dua klub ternama Sumatera Barat ini terlibat diskusi panjang dengan Fakhrizal soal nasib Sepakbola Sumatera Barat yang kian hari kian tak menggairahkan.
Diskusi yang diadakan di warung Ayah depan Lapangan Bola, diawali dengan cerita panjang soal masa-masa gemilang sepakbola Sumbar tahun 1980-2000-an. Sampai akhirnya merosot setelah tahun 2010. Walaupun Semen Pasang FC sempat gemilang di tahun 2013 dengan menjuarai Liga Prima Musim 2013.
Ramlan, mantan pemain Semen Padang FC dan PSP Padang era tahun 1980-an menuturkan Sepakbola Sumbar saat ini sudah jauh menurun. Sangat sedikit bibit-bibit handal yang bisa ditonjolkan di tingkat nasional maupun internasional. Ini dikarenakan metode pengkaderan pemain, pelatih, dan wasit sudah jauh berbeda.
“Kualitas dan kuantitas sepakbola di Sumbar sudah jauh berbeda. Dulu, menumbuhkan bibit pesepakbola itu dengan kebersamaan. Sekarang dengan bayaran,” sebut Ramlan.
Dicontohkan Ramlan, dulu seluruh pemain di suatu klub diajarkan bagaimana berusaha bersama-sama. Tanpa menonjolkan individu siapa yang paling jago. Sekarang, antar pemain di sebuah klub sudah bersaing untuk menjadi yang terbaik. Ini dikarenakan sistem kontrak dengan nominal yang berbeda. Hal ini mematikan niat dan semangat calon-calon pesepakbola Sumbar.
“Dulu kami di kontrak dan digaji dengan nominal yang sama. Pembagian bonus pun sama. Bahkan official pun sama. Jadi terasa bagaimana suka dan pahit sama-sama. Terbangun satu tujuan untuk bersama-sama. Sekarang beda sekali karena sistem kontrak yang tinggi rendah. Alhasil sesama pemain malah bersaing dan tidak ada kekompakan,” ucapnya.
Dengan fenomena ini, Ramlan bersama veteran pesepakbola lainnya merasa miris dengan pola pengkaderan pemain sepakbola. Sebagian pemain masuk lapangan sudah terpengaruhi rupiah, bukan untuk prestasi atau kejayaan sepakbola Sumbar.
“Jadi inilah pokok persoalan bagaimana sepakbola di Sumbar itu menurun. Disamping ada juga persoalan lain,” ucap Ramlan dihadapan Fakhrizal.
Aspirasi para veteran sepakbola Sumbar ini pun dipahami oleh Fakhrizal. Sewaktu remaja dulu, Fakhrizal yang pernah masuk dalam squad PSP Junior di awal tahun 1989-an tahu Betul bagaimana pola pengkaderan calon pemain sepakbola.
“Iya. Pola didikan dan rangsangan kepada pemain memang sudah berubah. Akhirnya sekarang saya lihat, calon pemain yang kalah saing malah menjadi pesimis. Akhirnya semangat untuk mengasah skill tidak sepenuh hati lagi. Ini yang perlu dibenahi,” sebut Fakhrizal.
Selain faktor kemampuan, bagi Fakhrizal untuk seorang atlet harus terpenuhi juga faktor psikologis nya dalam tim. Seberapa pun hebatnya pemain tetapi tidak menyatu dengan rekan satu tim, untuk menorehkan prestasi itu akan sangat sulit.
Karena itulah jika Fakhrizal dipercaya menjadi Gubernur Sumbar tahun 2021-2024, persoalan sepakbola Sumbar akan dibenahi. Akan disusun program-program untuk mengembalikan kejayaan sepakbola Sumbar seperti dulu.
“Sewaktu saya jadi Kapolda Sumbar, beberapa kali sudah saya upayakan untuk membenahi ini. Hanya saja sebagai Kapolda ada batasnya,” kata Fakhrizal.
Dikenangnya saat menjadi Kapolda Sumbar, Fakhrizal pernah menggelar kompetisi sepakbola Kapolda Cup, Minangkabau Cup dan membantu beberapa kompetisi sepakbola. Termasuk membantu beberapa klub untuk memunculkan Bibit-bibit pemain sepakbola masa depan Sumbar. (Hamzah)